wELcome to my BLOg...seMOga bermanfaat bagi semuanya...

Selasa, 10 April 2012

Pembentukan Kloroplas



Pembentukan Kloroplas
Kloroplas hanya terdapat dalam sel-sel tumbuhan dan ganggang tertentu. Pada sel tumbuhan, kloroplas biasanya dijumpai dengan bentuk cakram dengan diameter 5µm dan tebal 2-4 µm. Kloroplas itu dibatasi oleh membran ganda, didalamnya ada sistem luas membran interval yang terbenam dalam matriks fluida yang disebut stomata, membran dalam ini kaya akan fosfolipid dan protein, juga mengandung pigmen-pigmen, yang paling utama diantaranya ialah klorofil. Hijaunya klorofil yang tergabung dadalam membran itulah yang memerikan warna hijau kepada kloroplas dan kepada sel serta jaringan tumbuhan yang terkena cahaya. Klorofil menangkap energi matahari dan memungkinkannya digunakan untuk fotosintesis zat makanan. Jadi kloroplas merupakan tempat fotosintesis. Tanpa organel ini, maka kehidupan yang kita ketahui tidak akan ada
 Kloroplas berasal dari proplastid kecil yaitu plastid yang belum dewasa, kecil dan hampir tak berwarna dengan sedikit atau tanpa membran dalam. Pada umumnya proplastid berasal dari sel telur yang tak terbuahi. Proplastid membelah pada saat embrio berkembang, kemudian berkembang menjadi kloroplas ketika daun dan batang terbentuk.  Kloroplas muda juga aktif membelah. Khususnya bila organ yg mengandung kloroplas  terpajan pada cahaya. Jadi tiap sel daun dewasa sering mengandung beberapa ratus kloroplas. 

DAFTAR PUSTAKA

Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
http://dadansuhendarishandsome.blogspot.com/2010/10/fisiologi-tumbuhan-c3-c4-dan-cam.html

pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

BAB I
PENDAHULUAN
    Latar Belakang
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O, Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. (Salisbury & Ross, 1995).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6   +   O2     →    6CO2   +   H2O   +   energi
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.
    RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah ?
    TUJUAN
Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah ?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
    Respirasi
Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk  aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya. Jadi respirasi merupan proses pembongkaran molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. Sedangkan fotosintesis adalah proses pembentukan molekul organik kompleks menjadi molekul sederhana.
Jenis Respirasi
Berdasarkan kebutuhan oksigen, respirasi dibagi menjadi dua macam yaitu respirasi  aerob dan respirasi anaerob. Perbedaan antara respirase aerob dan anaerob:
Aerob                         Anaerob
Umum terjadi                Terjadi hanya dalam keadaan khusus
Berlangsung seumur hidup            Sementara, hanya fase tertentu
Energy yang dihasilkan besar        Energinya kecil
Tidak merugikan tumbuhan         Menghasilkan senyawa beracun
Memerlukan oksigen            Tanpa oksigen
Hasil akhir berupa CO2 dan H2O        Hasil akhir C2H5OH dan CO2
Pada umumnya glukosa merupakan substrat utama respirasi pada tumbuhan. Substrat tersebut direspirasikan menurut persamaan reaksi:
C6H12O6 + 6 O6       6 CO2 + 6 H2O
Reaksi tersebut sebenarnya memberikan gambaran yang mengaburkan, karena sebenarnya O2 dalam respirasi tidak bereaksi secara langsung dengan glukosa. Seharusnya ada molekul-molekul air yang ditambahkan kepada produk intermediate peuraian glukosa (satu molekul air untuk setiap atom C dalam molekul glukosa) dan atom-atom H didalam produk intermediate bereaksi dengan O2 yang direduksi menjadi air.
Penambahan enam molekul air pada sebelah kiri dan kanan secara penjumlahan tidak berarti, tetapi mempunyai arti yang penting jika ditinjau dari segi biokimia.
Tahapan Respirasi
 Tahapan reaksi kimia respirasi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Glikolisis, merupakan rangkaian peubahan glukosa menjadi asam piruvat
2. Daur krebs atau Siklus Asam Trikarboksilat (TCA) yaitu perubahan asetil-CoA
menjadi CO2, H2O, dan energi.
Perubahan glukosa menjadi asam piruvat dapat pula terjadi lewat jalur lain yaitu jalur pentose fosfat. Cadangan makanan yang berupa lemak dapat dioksidasi dengan cara menghidrolisis menjadi asam lemak terlebih dahulu. Asam lemak tersebut kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan asetil-CoA, yang kemudian didalam glioksisom diubah menjadi gloksilat, malat dan suksinat.
Energi yang terjadi adalah merupakan hasil pemecahan substrat respirasi. Yang dimaksud substrat respirasi ialah setiap senyawa organic penyusun protoplasma yang dioksidasi dalam respirasi. Produk penguraian sebelum menjadi CO2 dan air, terbentuk terlebih dahulu produk intermediate, biasanya disebut sebagai metabolitintermediate respirasi.
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama dalam sel jenis tumbuhan tinggi. Substrat yang terpenting diantara karbohidrat adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, dan pati. Glukosa dan fruktosa merupakan bahan dasar dasar bagi pembentukan karrbohidrat yang lebih kompleks. Sukrosa (merupakan disakarida yang terdiri atas glukosa dan fruktosa) dan pati (polimer dari glukosa) merupakan bentuk karbohidrat campuran yang penting di dalam sel tumbuhan. Selain sukrosa merupakan bentuk senyawa organic utama yang ditransportasikan di dalam tubuh tumbuhan.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Respirasi
a. Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
b. Tipe dan umur tumbuhan
 Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
c. Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
d. Suhu
Pada rentang temperatur 00C sampai dengan 450C, peningkatan temperatur akan diikuti peningkatan laju respirasi. Tinggi dan lamanya temperatur bekerja maka memungkinkan untuk menyebabkan rusaknya protein enzim, sehingga laju respirasi menurun. Demikian juga pada temperatur yang rendah, laju respirasi menurun karena terjadi perubaha struktur dari protein enzim.
e. Cahaya
Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju respirasi. Mengenai pegaruh cahaya terhadap laju respirasi dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :
    Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan laju fotosintesis yang berarti substrat respirasi yang tersedia meningkat dengan demikian laju respirasi juga meningkat.
    Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan temperatur sehingga laju respirasi cepat.
    Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan hasil fotosintat di dalam sel penutup stoma sehingga mnyebabkan stoma membuka. Dengan demikian proses pertukaran gas O2 dan CO2 berlangsung dengan cepat. Akibatnya laju respirasi meningkat.
f. Konsentrasi Karbondioksida
Meningkatnya konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat menghambat terjadinya respirasi. Karena konsentrasi karbondioksida yang tinggi menyebabkan menutupnya stoma sehingga proses pertukaran gas menjadi terbatas (kurang cepat). Hal ini mengakibatkan pada penurunan laju respirasi.
g. Tersedianya Air
Air dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penurunan laju respirasi. Hal ini karena air merupakan medium tempat terjadinya reaksi respirasi.
    Luka dan Stimulus Mekanis
Stimulus mekanis pada jaringan daun menyebabkan respirasi naik untuk sementara. Penekanan mempunyai efek yang rendah dan penyobekan mampu memacu respirasi. Hal ini dikarenakan pemisahan antara substrat dan oksidasenya, glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat karena rusaknya sel, sel-sel kembali ke keadaan meristematis diikuti proses penyambuhan.
































BAB III
METODE PENELITIAN

    JENIS PENELITIAN
Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian ekperimental, karena penelitian ini dilakukan di laboratorium dan dalam penelitian ini terdapat variabel manipulasi , variabel control dan variabel respon.

    VARIABEL PENELITIAN
    Variabel Manipulasi     :  suhu
    Variabel Kontrol     : Ukuran Erlenmeyer, volume larutan NaOH, jenis kecambah, berat kecambah, umur kecambah, waktu penyimpanan kecambah, volue BaCL2, jumlah tetesan PP
    Variabel Respon     : Kecepatan  respirasi.

    ALAT DAN BAHAN
    Alat
    Erlenmeyer 250 ml     6 buah
    Neraca     1 buah
    Buret      1 set
    Pipet     1 buah
    Kain kasa     secukupnya
    Benang     secukupnya
    Plastic     secukupnya

    Bahan
    Kecambah kacang hijau umur 2 hari     30 gr
    Larutan NaOH 0,5 M     300 mL
    Larutan HCl 0,5 M     secukupnya
    Larutan BaCl2 0,5 M     15 mL
    Larutan Phenolftalin (PP)     secukupnya
    LANGKAH KERJA
    Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
    Menyiapkan 6 erlenmeyer lalu mengisi masing-masing dengan 30 ml larutan NaOH 0,5 M.
    Menimbang 5 gram kecambah yang disediakan kemudian membungkus dengan kain kasa dan diikat dengan seutas tali. Masing-masing 2 sampel untuk suhu ruangan dan 2 sampel untuk suhu dalam inkubator.
    Memasukkan kedalam Erlenmeyer dan menggantungkan bungkusan kecambah tersebut di atas larutan NaOH dengan bantuan tali. Kemudian menutup rapat-rapat botol tersebut dengan plastic.
    Menyimpan  2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah (control) masing-masing pada suhu ruangan dan yang lain di dalam incubator dengan suhu 380 C.
    Setelah 24 jam, melakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang dilepaskan selama respirasi kecambah.
    Mengambil 5 ml larutan NaOH dalam botol kemudian memasukkan dalam Erlenmeyer. Setelah itu menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan menetesi dengan 2 tetes PP sehingga larutan berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan HCl 0,5 M. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hilang.

    DESAIN EKSPERIMEN

Menyiapkan 6 erlenmeyer dan masing-masing diisi
dengan 30 ml larutan NaOH 0,5 M


Menimbang 5 gram kecambah lalu dibungkus dengan
kain kasa dan diikat dengan seutas tali


Memasukkan kedalam Erlenmeyer dan menggantungkannya
di atas larutan NaOH lalu ditutup rapat-rapat


Menyimpan  2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa
kecambah (control) masing-masing diletakkan
di suhu ruangan dan yang lain di incubator (suhu 380 C)
selama 24 jam


Melakukan titrasi  dengan cara mengambil 5 ml larutan NaOH
kemudian ditetesi 2,5 ml BaCl2 dan 2 tetes PP sampai larutan
berwarna merah, lalu titrasi dengan HCl 0,5 M sampai
warna merah tepat hilang
























BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

    HASIL

a. Tabel Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah.

Suhu    Erlenmeyer    Volume HCl (ml)    Volume NaOH yang terikat (ml)    V. CO2 Hasil Respirasi    Kecepatan respirasi (ml/jam )
29oC
(Ruangan)    A    1,6    20,4    3,9    0,16
    B    2,6    14,4       
    C    1,9    18,6       
38oC
(Inkubator)    A    0,9    24,6    6    0,26
    B    2,2    16,8       
    C    1,6    20,4       



Keterangan :

A  : Kontrol
B : Kecambah
C  : Kecambah




b.Histogram

    ANALISIS DATA
Berdasarkan tabel dan histogram diatas maka dapat dilihat bahwa pada suhu ruangan 28oC diperoleh volume NaOH yang mengikat CO2 pada erlenmeyer B dan C yang berisi kecambah sebesar 14,4 ml dan 18,6 ml, sedangkan pada Erlenmeyer A yang sebagai kontrol diperoleh volume NaOH yang mengikat CO2 sebanyak 20,4ml. Volume CO2 hasil respirasi sebanyak 3,9 ml dan diperoleh kecepatan respirasi sebesar 0,16 ml/jam
Pada perlakuan suhu dalam inkubator dengan suhu 38oC, diperoleh volume NaOH yang mengikat CO2 pada erlenmeyer B dan C yang berisi kecambah, yaitu sebanyak 16,8 ml dan 20,4ml, sedangkan pada Erlenmeyer A yang sebagai kontrol diperoleh volume NaOH yang mengikat CO2 sebanyak ml 24,6. Volume CO2 hasil respirasi sebanyak 6 ml dan kecepatan transpirasi sebesar 0,26ml/jam.

    PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa besarnya suhu mempengaruhi kadar CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi kecambah, dimana pada suhu incubator (380C) diperoleh volume CO2 hasil respirasi lebih besar dibandingkan pada suhu ruangan, yakni sebesar 6  ml. Hal ini dikarenakan pada suhu incubator, keadaan suhunya dibuat konstan (stabil), dimana pada suhu yang konstan (stabil) kerja enzim akan lebih optimal tanpa mengalami kerusakan. Seperti yang kita ketahui bahwa proses respirasi melibatkan kerja berbagai enzim. Karena enzim tidak mengalami kerusakan maka enzim akan mempercepat pengubahan glukosa menjadi karbon dioksida. Oleh karena itu, CO2 yang dilepaskan dari respirasi kecambah lebih besar. Selain itu, pada suhu yang lebih tinggi volume CO2 akan lebih banyak diikat oleh NaOH sehingga kadar CO2¬ yang dilepaskan makin besar.
Pada suhu ruangan (280C) volume CO2 hasil respirasi kecambah lebih rendah daripada suhu inkubasi (380C), yakni sebesar  3,9 ml. Hal ini dikarenakan pada suhu yang lebih rendah, kerja enzim tidak optimal sehingga mengakibatkan reaksi pengubahan glukosa menjadi CO2 lebih lambat sehingga volume CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi lebih sedikit. Selain itu, pada suhu yang lebih rendah, volume CO2 akan lebih sedikit diikat oleh NaOH sehingga CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi lebih kecil.
Kontrol pada percobaan ini adalah Erlenmeyer yang hanya diisi NaOH tanpa kecambah, ternyata menunjukkan nilai respirasi yang lebih tinggi. Pada Erlenmeyer tanpa kecambah diduga terdapat mikroorganisme yang melakukan respirasi, karena sel`ma melakukan  praktikum semua alat yang digunakan tidak disterilkan.













BAB V
KESIMPULAN
Dari  praktikum mengenai pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi pada kecambah, dapat ditarik kesimpulan, yaitu : Respirasi pada kecambah lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi.Tinggi dan rendahnya suhu mempengaruhi kecepatan respirasi. Makin banyak CO2 yang dibebaskan, maka proses respirasi makin cepat.

























DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Yuni Sri, Yuliani dan Budipramana, Lukas. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Lab. Fisiologi Tumbuhan UNESA.
Sasmita Mihardja, Dradjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung ITB.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Soewardiati. 1991. Biologi Umum. Surabaya : Unipress IKIP Surabaya
Sri Rahayu, Yuni dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya.




LAMPIRAN

    Pada suhu ruangan (280C)
    Erlenmeyer A
Volume  HCl hasil titrasi =  1,6 ml
Volume NAOH yan tidak terikat oleh CO2 = 30/5 x 1,6 ml = 9,6 ml
Volume NAOH yang terikat CO2 = 30ml – 9,6 ml = 20,4 ml
    Erlenmeyer B
 Volume  HCl hasil titrasi =  2,6 ml
Volume NAOH yang tidak terikat oleh CO2 = 30/5 x 2,6ml = 15,6 ml
Volume NAOH yang terikat CO2 = 30ml-15,6 ml = 14,4  ml
    Erlenmeyer C
Volume  HCl hasil titrasi =  1,9 ml
Volume NAOH yang tidak terikat oleh CO2 = 30/5 x 1,9 ml = 11,4 ml
Volume NAOH yang terikat CO2 = 30ml-11,4 ml =18,6  ml


Volume CO2 hasil respirasi
= (volume NaOH yang terikat CO2 pada kecambah 1+Vol.NaoH yg terikat CO2 pd kecambah 2)/2 - v. NaOH yg terikat CO2 pd perlakuan control
= (15,6+18,6 )/2 – 20,4
= -3,9 ml

Kecepatan respirasi
V respirasi = (v.CO2 hasil respirai (ml))/(waktu (jam))
          = (3,3 ml)/(23 jam)
         = 0,14 ml/jam



    Pada suhu incubator ( suhu 38o C)

    Erlenmeyer A
Volume  HCl hasil titrasi =  0,9 ml
Volume NAOH yan tidak terikat oleh CO2 = 30/5 x 0,9 ml = 5,4 ml
Volume NAOH yang terikat CO2 = 30ml – 5,4 ml = 24,6 ml
    Erlenmeyer B
 Volume  HCl hasil titrasi =  2,2 ml
Volume NAOH yang tidak terikat oleh CO2 = 30/5 x 2,2ml = 13,2 ml
Volume NAOH yang terikat CO2 = 30 ml - 13,2 ml = 16,8 ml
Erlenmeyer C
Volume  HCl hasil titrasi =  1,6 ml
Volume NAOH yang tidak terikat oleh CO2 = 30/5 x 1,6 ml = 9,6 ml
Volume NAOH yang terikat CO2 = 30ml-9,6ml = 20,4 ml


Volume CO2 hasil respirasi
= (volume NaOH yang terikat CO2 pada kecambah 1+Vol.NaoH yg terikat CO2 pd kecambah 2)/2 - v. NaOH yg terikat CO2 pd perlakuan control
= (16,8+20,4 )/2 – 24,6
= - 6 ml

Kecepatan respirasi
V respirasi = (v.CO2 hasil respirai (ml))/(waktu (jam))
          = 6/(23 jam)
         = 0,26 ml/jam

Laporan KADAR KLOROFIL

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Semua makhluk hidup baik secara langsung maupun tidak langsung memerlukan hasil dari fotosintesis yang dilakukan tumbuhan. Karena proses fotosintesis ini mampu mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa organik. Secara sederhana proses fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut :
             cahaya
nCO2 + nH2O         (CH2O)n + nO2

Proses Fotosintesis sendiri merupakan proses pembentukan bahan organik dari bahan anoganik (CO2, H2O, H2S) dengan bantuan energi cahaya matahari dan pigmen utama berupa klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Selain klorofil, juga terlibat beberapa pigmen lain diantaranya adalah karotenoid, yang berfungsi untuk membentuk klorofil dalam memanen cahaya serta melindungi klorofil dari proses fotooksidasi. Proses fotosintesis menghasilkan fotosintat berupa glukosa (C6H12O6) yang diperlukan oleh makhluk hidup lain.
Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae dan Cynobacteria. nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno : choloros= green (hijau), and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman adalah menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat  (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari.
Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b. perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin, serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol. Klorofil akan memperlihatkan fluoresensi, berwarna  merah yang berarti warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang dipantulkan.  Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang energi secara relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka akan ditangkap oleh klorofil yang terlarut tersebut. Pada fotometer filter sinar dari panjang gelombang yang diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang punya spesifikasi melewati banyaknya panjang gelombang tertentu.
Daun dari kebanyakan spesies menyerap lebih dari 90 % cahaya ungu dan biru,demikian pula untuk cahaya jingga dan merah. Hampir seluruh penyerapan ini dilakukan oleh pigmen-pigmen pada kloroplas. Pada membran tilakoid, setiap foton dapat mengeksitasi satu elektron dari pigmen karotenoid atau klorofil. Klorofil berwarna hijau merupakan bukti bahwa pigmen ini tidak efektif untuk menyerap cahaya hijau. Cahaya hijau oleh klorofil dipantulkan atau diteruskan. Penyerapan relatif untuk setiap panjang gelombang oleh pigmen dapat diukur dengan spektrofotometer.
Berdasarkan hal tersebut kami mencoba melakukan percobaan kadar klorofil dalam daun yang untuk mengetahui bagaimana kadar klorofil suatu daun mempengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah : Bagaimana kadar klorofil berbagai daun dari suatu tanaman yang umurnya berbeda?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur kadar klorofil berbagai daun dari suatu tanaman yang umurnya berbeda dan mengetahui hubungan antara umur daun terhadap kadar klorofil.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada proses fotosintesis, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau  daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesis hanya terjadi pada tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri. Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosistem pada tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang ini oleh daun sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum serapan klorofil dan karotenoid.  Tetapi, bukan berarti bahwaada pigmen lain yang berperan menyerap cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi lebih tinggi dari spektrum serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang tidak segera diserap akan dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya diserap oleh klorofil dan menyumbangkan energi untuk fotosintesis. (Lakitan, 2007).
Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika, sangat berbeda. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh adanya keragaman cahaya, suhu, dan ketersediaan air, tapi tiap spesies menunjukkan perbedaan yang besar pada kondisi khusus yang optimum bagi mereka. Spesies yang tumbuh pada lingkungan yang kaya sumberdaya mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies yang tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air, hara, dan cahaya yang terbatas. (Salisbury dan Ross, 1995).
  Laju fotosintesis ditingkatkan tidak hanya oleh naiknya tingkat radiasi, tapi juga oleh konsentrasi CO2  yang lebih tinggi, khususnya bila stomata tertutup sebagian karena kekeringan. Sifat cahaya sebagai partikel biasanya diekspresikan dengan pernyataan bahwa cahaya menerpa sebagai foton (photon) atau kuanta, yang merupakan suatu paket diskrit dari energi, dimana masing-masing dikaitkan dengan panjang gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Cahaya biru dan ungu dengan panjang gelombang yang lebih pendek memiliki lebih banyak foton energetik dibanding cahaya merah atau  jingga dengan gelombang yang lebih panjang. Di dalam kloroplas ditemukan DNA, RNA, ribosom, dan berbagai enzim. Semua molekul ini sebagian besar terdapat di stroma, tempat berlangsungnya transkripsi dan translasi. DNA kloroplas (genom) terdapat dalam 50 atau lebih lingkaran jalur ganda melilit dalam tiap plastid. Berbagai gen plastid menyandi semua molekul RNA-pemindahan (sekitar 30), dan molekul RNA-ribosom (empat) yang digunakan oleh plastid untuk translasi. Kira-kira 85 gen seperti ini  menyandi protein yang terlibat dalam transkripsi, translasi, dan fotosintesis. Tapi, sebagian besar protein disandi oleh gen nukleus. (Salisbury dan Ross, 1995).
  Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Energi  cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan sitesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata. (Campbell, dkk, 2002).   
  Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton (Devlin, 1975).
  Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintetik. Di dalamdaun terdapat jaringan pagar dan jaringan bunga karang, pada keduanya mengandung kloroplast yang mengandung klorofil/pigmen hijau yang merupakan salah satu pigmen fotosintetik yang mampu menyerap energi cahaya matahari. (Subandi, 2008).   Cahaya putih mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah-violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil. Adalah mungkin untuk menetukan bagaimana efektifnya setiap panjang gelombang (warna) diserap dengan menggunakan suatu larutan klorofil dengan cahaya monokromatik (cahaya berwarna satu). (Kimball, 2000).  
  Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang melingkupi ruangan yang berisi cairan yang disebut stroma.  Membran tersebut membentak suatu sistem membran tilakoid yang berwujud sebagai suatu bangunan yang disebut kantung tilakoid. Kantung-kantung tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis dan membentak apa yang disebut grana  Klorofil terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa sebagai produk akhir fotosintetis berlangsung di stroma. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain gen, bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki klorofil.  Cahaya,  beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya.  Unsur N, Mg, Fe  merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil.  Air,  bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil. (Subandi, 2008).   Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya. Rumus empirisklorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b).
Pigmen-pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya pada warna biru (400-450 nanometer) dan warna merah (650-700 nanometer) dibandingkan dengan warna hijau (500-600 nanometer)(Gambar 2.1). Cahaya hijau akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau.
Absorbsi relatif pada berbagai panjang gelombang oleh suatu pigmen dapat diukur dengan spectrofotometer. Adapun untuk menghitung kadar klrorofil a, klorofil b, dan kadar klorofil total dapat digunakan rumus dari Witermans dan De Mots sebagai berikut:
-    Klorofil a    : 13,7 x OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/l)
-    Klorofil b    : 25,8 x OD 649 –  7,7  OD 665 (mg/l)
-    Klorofil total    : 20,0 x OD 649 +  6,1  OD 665 (mg/l)


Gambar 2.1 grafik hubungan antara panjang gelombang cahaya dengan penyerapan cahaya oleh pigmen klorofil.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Pada tumbuhan ada dua jens pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosintesis yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotsistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
    Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mangalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbthan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil akhir  ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
    Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, tidak menghasilkan oksigen  karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen.
    Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH. ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses bikimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin dimana karbon dioksida diubah menjadi ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).
A.    Faktor penentu laju fotosintesis
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:
a.    Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
b.    Konsentrasi karbon diksida
Semakin banyak karbon dioksida di udar, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
c.    Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja  padasuhu optimalnya. Umumnya laju fotosintesis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
d.    Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
e.    Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik.bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai fotosintesis akan berkurang.
f.    Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
B.    Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Klorofil
Klorofil sebagai zat warna daun, tidak larut dalam air, melainkan larut dalam etanol, eter, metanol, kloroform dan bensol atau turunan dari alkohol. Dalam pembentukan klorofil, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain adalah :
1.    Faktor Pembawaan
Faktor genetik turut menentukan pembentukan klorofil. Jika tidak ada gen yang mendukung pembentukan klorofil pada daun, maka daun akan albino.
2.    Cahaya
Cahaya sangat dibutuhkan untuk pembentukan klorofil. Apabila tumbuhan kekurangan cahaya, maka pada daunnya akan berwarna kekuning-kuningan (menunjukkan gejala klorosis). Pada daun tersebut terdapat proto klorofil untuk menjadi klorofil a, tetapi kekurangan 2 atom hidrogen. Reduksi proto klorofil untuk menjadi klorofil a membutuhkan sinar dari spektrum cahaya tampak yang harus diserap oleh proto klorofil untuk menjadi klorofil a. Peristiwa ini disebut autotransformasi.
3.    Oksigen
Kecambah yang diperlakukan ditempat gelap, maka tidak akan terbentuk klorofil jika tidak menerima oksigen.
4.    Temperatur
Pada suhu 30 – 480C merupakan kondisi temperatur yang baik untuk pembentukan klorofil. Namun suhu yang ideal adalah 26 – 300C.
5.    Air
Pada musim kemarau, banyak klorofil yang mengalami degradasi, sehingga air sangat diperlukan.
6.    Karbohidrat
Pada tumbuhan, karbohidrat dalam bentuk gula digunakan untuk proses pembentukan klorofil pada daun-daun yang sedang tumbuh.
7.    Garam-garam mineral dan unsur hara.








BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan beberapa variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon.
B. Variabel Penelitian
a)    Variable kontrol:
-    Berat daun
-    Volume akhir filtrate
-    Larutan alcohol
-    Panjang gelombang (649 nm dan 665 nm)
b)    Variable manipulasi:
-    Usia daun (daun muda, setengah tua, tua)
c)    Variable respons:
kadar klorofil a, kadar klorofil b dan kadar klorofil total.
C. Alat dan Bahan
Alat :
•    Pipet tetes
•    Gelas ukur
•    Lumpang porselin
•    Kertas saring
•    Spectrofotometer.
Bahan :
•    Daun dengan umur yang berbeda, meliputi:
-    daun muda yang diambil daun yang pucuk
-    daun setengah tua diambil daun nomor 3 dari pucuk
-    daun tua diambil nomor 5 dari pucuk ke bawah
•    Alcohol 95%
D. Langkah Kerja
1.    Menimbang satu gram daun yang masih segar, kemudian memotongnya kecil-kecil.
2.    Menggerus potongan-potongan daun tersebut di dalam lumpang porselin hingga halus.
3.    Mengekstraksi gerusan daun tersebut dengan menggunakan 20 ml alkohol 95%.
4.    Menyaring ekstrak tersebut dengan menggunakan kertas saring sampai volume akhir filtrat mencapai 25 ml. Jika volume filtrat kurang dari 20 ml ditambahkan kembali alkohol 95%.
5.    Mengukur kadar filtrat klorofil dengan menggunakan spectrophotometer pada panjang gelombang 649 nm dan 665 nm. Sebelum pengukuran perlu dikalibrasi terlebih dahulu. Larutan yang digunakan sebagai pelarut untuk kalibrasi adalah alkohol 95%. Mencatat nilai absorbansi (Optical Density) larutan tersebut.
6.    Kadar klorofil a, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total dapat dihitung dengan rumus dari Wintermans dan de Mots sebagai berikut:
        - klorofil a     : 13,7 x OD 665 – 5,76 OD 649(mg/l)
        - klorofil b     : 25,8 x OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/l)
        - klorofil total     : 20,0 x OD 649 + 6,1 OD 665 (mg/l)
Mencatat data kadar klorofil berbagai daun pada umur yang berbeda.
E.    Desain Eksperimen
Daun Muda                 Daun setengah tua             Daun Tua
                                           

Dipotong kecil-kecil

Digerus dengan lumpang porselen

Diekstrak dengan 20 mL alkohol 95%

Ekstrak disaring dengan kertas saring

Mengukur kadar klorofil masing-masing daun

Mencatat nilai absorbansi

Menghitung kadar klorofil a, kadar klorofil b dan kadar klorofil total

BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil
a.    Tabel Kelompok
Tabel kadar klorofil daun puring pada umur yang berbeda
Umur daun    Klorofil a    Klorofil b    Klorofil total
           
Muda    2,996    6,439    9,457
½  tua    3,6088    7,448    11,084
Tua    5,104    11,042    16,185


b.    Tabel Kelas
Tabel kadar klorofil pada berbagai macam daun pada tanaman yang berbeda
Jenis tumbuhan    Kadar klorofil dalam daun (mg / i)
    Klorofil a     Klorofil b     Klorofil total
    Muda     Setengah tua     Tua     Muda     Setengah tua    Tua     Muda     Setengah tua    Tua
Puring     2.996    3.608    5.104    6.439    7.448    11.042    9.457    11.084    16.185
Pacar air    3.075    4.694    5.776    6.62    11.515    17.06    9.718    19.185    22.880
Sepatu     0.816    5.399    3.176    2.249    10.524    8.272    3.071    17.748    11.240



Grafik 1. Pengaruh umur daun terhadap kadar klorofil a pada 3 jenis tumbuhan ( Pacar air, Sepatu, dan Puring)


Grafik 2. Pengaruh umur daun terhadap kadar klorofil b pada 3 jenis tumbuhan ( Pacar air, Sepatu, dan Puring)


Grafik 3. Pengaruh umur daun terhadap kadar klorofil total pada 3 jenis tumbuhan ( Pacar air, Sepatu, dan puring)

B.    Analisis Data
Dapat diambil suatu analisis dari data percobaan pengukuran kadar klorofil pada daun yaitu kadar klorofil total pada setiap daun berbeda, bergantung pada umur daun dan bergantung pula pada pigmen penyusunnya. Pada daun puring klorofil total pada daun muda sebesar 9,457 mg/L, klorofil puring pada daun ½  tua sebesar 11,084 mg/L, dan klorofil puring pada daun tua sebesar 16,185 mg/L. Kadar klorofil diatas menunjukkan bahwa total klorofil puring pada daun tua paling tinggi jika dibandingkan dengan daun yang muda dan daun ½  tua .
Dari data kelas juga kami dapatkan hasil bahwa pada daun Pacar air klorofil total pada daun muda sebesar 9,718 mg/L, sedangkan klorofil total pacar air  pada daun ½  tua  sebesar 19,185mg/L dan klorofil total pacar air pada daun tua sebesar 22,880 mg/L. Kadar klorofil tersebut menunjukkan bahwa total klorofil pacar air pada daun tua paling tinggi  jika dibandingkan dengan daun yang muda dan daun setengah tua. Semakin tua daun pacar air, maka kadar klorofilnya juga semakin tinggi.
Pada daun sepatu kadar klorofil total pada daun muda sebesar 11,240 mg/L, sedangkan klorofil total daun sepatu pada daun setengah tua sebesar  17,748 mg/L dan klorofil total daun sepatu pada daun tua sebesar 3,071 mg/L. Hasil menunjukkan bahwa kadar klorofil pada daun setengah tua paling tinggi jika dibandingkan dengan daun muda maupun daun tua.
Kadar klorofil a dan klorofil b daun puring pada umur yang berbeda juga berlainan. Kadar klorofil a pada daun muda sebesar 2,996 mg/L, kadar klorofil a pada daun setengah tua sebesar 3,608 mg/L dan kadar klorofil a pada daun tua sebesar 5,104 mg/L. Sedangkan untuk kadar klorofil b daun puring pada daun muda sebesar 6,639 mg/L, kadar klorofil b daun puring pada daun setengah tua sebesar 7,448 dan kadar klorofil b puring pada daun tua sebesar 11,042 mg/L. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa pada umur yang berbeda, kadar klorofil pada suatu daun pun juga akan berbeda.

C.    Pembahasan
Dari analisis data diatas, dapat kita lihat bahwa adanya faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar klorofil pada daun. Satiap jenis daun memiliki kadar klorofil yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar klorofil adalah umur daun.
Namun dalam percobaan dengan menggunakan daun sepatu didapatkan hasil yang berbeda. Klorofil total pada daun setengah tua memiliki kadar paling tinggi. Hal tersebut bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa sejalan dengan pertumbuhan daun, kemampuan untuk berfotosintesis juga meningkat sampai daun berkembang penuh dan kemudian mulai menurun secara perlahan (Salisbury, 1995). Seharusnya semakin tua umur daun maka semakin tinggu pula kadar klorofilnya. Setelah kami analisis, hal tersebut dapat dimungkinkan terjadi karena faktor lingkungan misalnya ketersediaan air dan hara pada tempat tumbuh tumbuhan tersebut kurang mendukung. Faktor lain yang mungkin mendukung adalah bahwa klorofil daun yang kami ambil telah mengalami penurunan kemampuan fotosintesis, atau adanya penyakit pada daun tersebut misalnya klorosis yang merupakan petunjuk terjadinya kekurangan hara atau serangan penyakit yang dialami oleh tumbuhan.
    Perhitungan kadar klorofil Puring muda :
a.    Klorofil a : (13,7 x 0,37) – (5,76 x ,38) = 2,996
b.    Klorofil b : (25,8 x 0,21) – (7,7 x 0,18) = 6,439
c.    Klorofil total : (20,0 x 0,21) + (6,1 x 0,18) = 9,457



D. Diskusi
1.    Jelaskan mengapa kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda. Kemukakan pendapat saudara dengan membeerikan teori-teori yang mendukung!
Letak daun mempengaruhi kecepatan fotosintesis dan kecepatan fotosintesis berpengaruh terhadap kadar klorofil. Pada daun yang masih muda akan memperoleh cahaya yang lebih banyak sehingga diperlukan sedikit klorofil untuk menangkap cahaya. Setelah ditangkap maka cahaya tersebut akan dialirkan ke pusat reaksi dalam bentuk electron. Electron ini didebut electron tereksitasi dan dari proses eksitasi electron akan dihasilkan energi eksitasi. Energi ini berguna untuk proses fotosintesis. Sedangkan pada daun yang sudah tua akan memperoleh cahaya yang lebih sedikit sehingga diperluan banyak klorofil untuk menangkap cahaya yang akan dialirkan ke pusat reaksi. Karena itu kadar klorofilnya lebih banyak. Pernyataan ini sesuai dengan teori afinitas electron, bahwa makin jauh dari cahaya maka akan dibutuhkan energi yang banayak untuk menagkap electron. Hal ini menjadikan kadar klorofil menjadi lebih banyak.
2.    Jelaskan fungsi klorofil di dalam proses fotosintesis!
Fungsi klorofil adalah sebagai pigmen yang utama dalam menangkap cahaya dan sebagai pengembali sinar dalam gelombang yang berlainan. Dalam suatu proses fotosintesis diperlukan juga pigmen fotosintesis (klorofil) dan proses fotosintesis hanya dapat berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintesis.
3.    Manakah diantara tumbuhan terdedah dan ternaung (pada spesies yang sama) yang memiliki jumlah klorofil yang besar? Mengapa demikian?
Jumlah klorofil terbesar berada pada daun yang ternaung karena umumnya daun ternaung berukuran lebih tebal namun lebih tipis dibandingkan dengan daun terdedah. Kadar klorofil b pada daun ternaung juga lebih tinggi dari pada daun terdedah terutama karena tiap kloroplas mempunyai lebih banyak grana. Jadi daun ternaung menggunakan lebih banyak energi untuk menghasilkan pigmen permanent cahaya yang memungkinkannya mampu menggunakan semua cahaya dalam jumlah dengan pola yang terbatas yang mengenainya. Kloroplas di daun yang ternaungi tersusun secara fototaksis dalam pola yang memaksimumkan penyerapan cahaya. Pada daun yang ternaung, kondisi pencahayaan relative kurang, sehingga daun aktif membentuk pigmen, terutama klorofil untuk dapat terus beraktivitas fotosintesis dan, mempunyai lamina yang tebal, hal ini karena daun tersebut mempunyai jaringan palisade yang panjang sehingga banyak mengandung klorofil.. (Salisbury, 1995)   


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York : D. Van Nostrand.
Kimball, John. W. 2000. Biologi  Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Lakitan, Benyamin.  2007.  Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung : ITB.
Subandi, Aan. 2008. Metabolisme. http://metabolisme.blogspot.com/2007/09. 06 April 2008.